Sabtu, 11 Januari 2025, pukul 10.00 WIB.
Ma'had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah mengadakan kuliah umum yang
diisi oleh Mudir Ma'had Aly, Tgk. Dr. H. Teuku Zulkhairi, M.A. Acara ini
digelar sehari sebelum Sidang Proposal Risalah/Skripsi (Sempro) bagi mahasantri
semester VIII.
Dalam kuliah umum tersebut, Tgk. Zulkhairi memberikan motivasi
kepada para mahasantri agar lebih semangat menjalani proses akademik, khususnya
menjelang penyusunan risalah atau skripsi. Beliau juga menyampaikan evaluasi
serta beberapa wacana penting yang saat ini sedang dibahas oleh Kementerian
Agama untuk diberlakukan di seluruh Ma'had Aly di Indonesia.
Salah satu poin utama yang disampaikan adalah perubahan signifikan
terkait penyusunan risalah atau skripsi. Jika sebelumnya risalah disusun
menggunakan bahasa Indonesia, kini diwacanakan untuk ditulis dalam bahasa Arab
atau Arab Melayu. Beliau menjelaskan bahwa penyusunan risalah nantinya juga
bisa mengikuti salah satu dari empat metode, yaitu :
- Tahqiq:
تحقيق
- Takhrij:
تخريج
- Talkhis:
تلخيص
- Ta’liq:
تعليق
- Syarh:
شرح
Dalam kesempatan tersebut, Tgk.Zulkhairi menekankan pentingnya
fokus dan keseriusan dalam menulis risalah, terutama jika menggunakan bahasa
Arab atau Arab Melayu. Namun, beliau mengungkapkan dukungannya yang lebih besar
terhadap penulisan dalam bahasa Arab Melayu.
“Bahasa Arab Melayu adalah bagian dari warisan budaya kita, bahasa
yang pernah digunakan di Kerajaan Pasee dan terus berkembang di masa Kerajaan
Aceh Darussalam hingga ke seluruh dunia Melayu. Dengan menulis risalah dalam
bahasa ini, kita turut menghidupkan kembali tradisi keilmuan dan budaya lokal
yang membanggakan,” ujar beliau.
Di akhir kuliah umum, Tgk. Zulkhairi mengingatkan para mahasantri
untuk meningkatkan keseriusan dan fokus dalam memahami ilmu dan mempersiapkan
diri dengan baik.
Beliau juga mengingatkan agar para mahasantri rajin mengikuti
perkuliahana dan menulis serta lebih akrab dengan Alquran dan Tafsir.
Diingatkan juga agar jangan sampai alumnus Ma’had Aly Babussalam tidak
menghafal minimal 5 juz Alquran, tidak membaca penjelasan tentang surah-surah
dalam Alquran dan kisah-kisah dalam Alquran.
Catatan:
Dalam group Whatsapp, Tgk. Zulkhairi menerangkan perihal empat
metode di atas, yaitu sebagai berikut :
1. Tahqiq (تحقيق)
Tahqiq adalah proses verifikasi dan pengeditan teks manuskrip agar
kembali mendekati bentuk aslinya sebagaimana yang dikehendaki oleh
pengarangnya. Proses ini melibatkan penelitian mendalam untuk memastikan
keautentikan teks, memperbaiki kesalahan salin, dan memberikan penjelasan
tambahan.
Tahapan dalam Tahqiq:
• Membandingkan
manuskrip yang berbeda (jika tersedia lebih dari satu salinan).
• Memastikan
keaslian teks berdasarkan konteks sejarah, gaya bahasa, dan isi.
• Menambahkan
catatan kaki untuk menjelaskan istilah atau konteks yang sulit.
Contoh:
Mengedit kitab klasik seperti Al-Muwaththa' karya Imam Malik
berdasarkan beberapa manuskrip, menyertakan varian bacaan, dan menambahkan
rujukan ayat/hadis dalam catatan kaki.
2. Takhrij (تخريج)
Takhrij adalah metode untuk melacak sumber asli suatu hadis atau
teks tertentu dari kitab-kitab primer, lalu menilai kualitas sanad dan
matan-nya.
Langkah-langkah Takhrij:
• Menelusuri teks
hadis ke sumber asalnya dalam kitab-kitab utama seperti Shahih Bukhari, Muslim,
atau Sunan.
• Menentukan status
hadis (shahih, hasan, atau dha'if) dengan merujuk kepada pendapat ahli hadis.
• Memberikan
penjelasan tentang konteks hadis dan aplikasinya.
Contoh:
Melacak hadis dalam kitab Bulugh al-Maram oleh Ibn Hajar
al-Asqalani ke sumber aslinya seperti Sunan Abu Dawud, lalu menilai sanadnya
dengan pendapat ulama kontemporer.
3. Talkhis (تلخيص)
Talkhis adalah metode meringkas isi teks tanpa menghilangkan makna
inti, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami ide utama sebuah karya.
Langkah-langkah Talkhis:
• Membaca teks asli
dengan teliti.
• Mengidentifikasi
poin-poin penting.
• Menyusun ringkasan
yang padat dan tetap setia pada gagasan penulis asli.
Contoh:
Meringkas kitab Ihya Ulum al-Din oleh Al-Ghazali menjadi poin-poin
utama tentang akhlak dan adab, seperti yang dilakukan oleh Ibn Qudamah dalam
Mukhtashar Minhaj al-Qasidin.
______________
4. Syarh (شرح)
Syarh adalah penjelasan terperinci tentang suatu teks, baik berupa
hadis, ayat, atau naskah klasik, dengan memberikan interpretasi, analisis, dan aplikasi
kontemporer.
Langkah-langkah Syarh:
• Menjelaskan makna
teks secara literal.
• Memberikan
tafsiran konteks (linguistik, historis, atau hukum).
• Menyajikan
pendapat ulama lain tentang teks tersebut.
Contoh:
Kitab Fath al-Bari karya Ibn Hajar al-Asqalani adalah syarh dari
kitab Shahih Bukhari, di mana setiap hadis dijelaskan secara mendalam dari segi
hukum, bahasa, dan konteksnya.
5. Ta'liq (تعليق)
Ta'liq adalah proses memberikan catatan atau komentar tambahan
pada teks, baik untuk menjelaskan bagian yang sulit, menambahkan rujukan, atau
memberikan pandangan kritis.
Langkah-langkah Ta'liq:
• Memberikan
komentar singkat di margin teks atau dalam catatan kaki.
• Menyertakan
rujukan tambahan untuk memperkuat atau mengkritik poin tertentu.
Contoh:
Memberikan komentar pada kitab Al-Muwafaqat karya Al-Syatibi
dengan menambahkan catatan tentang relevansi konsep maqashid syariah di era
modern.
Penulis:
Tgk. Ikram Muzi - Mahasantri Ma'had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah