Admin
Admin
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Sampaikan Kuliah Umum, Mudir Ma’had Aly Babussalam Motivasi Mahasantri Tulis Risalah dengan Arab Jawi

Mudir Ma’had Aly Babussalam Motivasi Mahasantri Tulis Risalah dengan Arab Jawi

 



Sabtu, 11 Januari 2025, pukul 10.00 WIB.

 

Ma'had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah mengadakan kuliah umum yang diisi oleh Mudir Ma'had Aly, Tgk. Dr. H. Teuku Zulkhairi, M.A. Acara ini digelar sehari sebelum Sidang Proposal Risalah/Skripsi (Sempro) bagi mahasantri semester VIII.

 

Dalam kuliah umum tersebut, Tgk. Zulkhairi memberikan motivasi kepada para mahasantri agar lebih semangat menjalani proses akademik, khususnya menjelang penyusunan risalah atau skripsi. Beliau juga menyampaikan evaluasi serta beberapa wacana penting yang saat ini sedang dibahas oleh Kementerian Agama untuk diberlakukan di seluruh Ma'had Aly di Indonesia.

 

Salah satu poin utama yang disampaikan adalah perubahan signifikan terkait penyusunan risalah atau skripsi. Jika sebelumnya risalah disusun menggunakan bahasa Indonesia, kini diwacanakan untuk ditulis dalam bahasa Arab atau Arab Melayu. Beliau menjelaskan bahwa penyusunan risalah nantinya juga bisa mengikuti salah satu dari empat metode, yaitu :

 

  1. Tahqiq: تحقيق
  2. Takhrij: تخريج
  3. Talkhis: تلخيص
  4. Ta’liq: تعليق
  5. Syarh: شرح

 

Dalam kesempatan tersebut, Tgk.Zulkhairi menekankan pentingnya fokus dan keseriusan dalam menulis risalah, terutama jika menggunakan bahasa Arab atau Arab Melayu. Namun, beliau mengungkapkan dukungannya yang lebih besar terhadap penulisan dalam bahasa Arab Melayu.

 

“Bahasa Arab Melayu adalah bagian dari warisan budaya kita, bahasa yang pernah digunakan di Kerajaan Pasee dan terus berkembang di masa Kerajaan Aceh Darussalam hingga ke seluruh dunia Melayu. Dengan menulis risalah dalam bahasa ini, kita turut menghidupkan kembali tradisi keilmuan dan budaya lokal yang membanggakan,” ujar beliau.

 

Di akhir kuliah umum, Tgk. Zulkhairi mengingatkan para mahasantri untuk meningkatkan keseriusan dan fokus dalam memahami ilmu dan mempersiapkan diri dengan baik.

 

Beliau juga mengingatkan agar para mahasantri rajin mengikuti perkuliahana dan menulis serta lebih akrab dengan Alquran dan Tafsir. Diingatkan juga agar jangan sampai alumnus Ma’had Aly Babussalam tidak menghafal minimal 5 juz Alquran, tidak membaca penjelasan tentang surah-surah dalam Alquran dan kisah-kisah dalam Alquran.

 

 


Catatan:

Dalam group Whatsapp, Tgk. Zulkhairi menerangkan perihal empat metode di atas, yaitu sebagai berikut :

 

1. Tahqiq (تحقيق)

Tahqiq adalah proses verifikasi dan pengeditan teks manuskrip agar kembali mendekati bentuk aslinya sebagaimana yang dikehendaki oleh pengarangnya. Proses ini melibatkan penelitian mendalam untuk memastikan keautentikan teks, memperbaiki kesalahan salin, dan memberikan penjelasan tambahan.

 

Tahapan dalam Tahqiq:

          Membandingkan manuskrip yang berbeda (jika tersedia lebih dari satu salinan).

          Memastikan keaslian teks berdasarkan konteks sejarah, gaya bahasa, dan isi.

          Menambahkan catatan kaki untuk menjelaskan istilah atau konteks yang sulit.

Contoh:

Mengedit kitab klasik seperti Al-Muwaththa' karya Imam Malik berdasarkan beberapa manuskrip, menyertakan varian bacaan, dan menambahkan rujukan ayat/hadis dalam catatan kaki.

 

2. Takhrij (تخريج)

 

Takhrij adalah metode untuk melacak sumber asli suatu hadis atau teks tertentu dari kitab-kitab primer, lalu menilai kualitas sanad dan matan-nya.

Langkah-langkah Takhrij:

          Menelusuri teks hadis ke sumber asalnya dalam kitab-kitab utama seperti Shahih Bukhari, Muslim, atau Sunan.

          Menentukan status hadis (shahih, hasan, atau dha'if) dengan merujuk kepada pendapat ahli hadis.

          Memberikan penjelasan tentang konteks hadis dan aplikasinya.

Contoh:

Melacak hadis dalam kitab Bulugh al-Maram oleh Ibn Hajar al-Asqalani ke sumber aslinya seperti Sunan Abu Dawud, lalu menilai sanadnya dengan pendapat ulama kontemporer.

 

3. Talkhis (تلخيص)

Talkhis adalah metode meringkas isi teks tanpa menghilangkan makna inti, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami ide utama sebuah karya.

Langkah-langkah Talkhis:

          Membaca teks asli dengan teliti.

          Mengidentifikasi poin-poin penting.

          Menyusun ringkasan yang padat dan tetap setia pada gagasan penulis asli.

Contoh:

Meringkas kitab Ihya Ulum al-Din oleh Al-Ghazali menjadi poin-poin utama tentang akhlak dan adab, seperti yang dilakukan oleh Ibn Qudamah dalam Mukhtashar Minhaj al-Qasidin.

______________

 

4. Syarh (شرح)

Syarh adalah penjelasan terperinci tentang suatu teks, baik berupa hadis, ayat, atau naskah klasik, dengan memberikan interpretasi, analisis, dan aplikasi kontemporer.

Langkah-langkah Syarh:

          Menjelaskan makna teks secara literal.

          Memberikan tafsiran konteks (linguistik, historis, atau hukum).

          Menyajikan pendapat ulama lain tentang teks tersebut.

Contoh:

Kitab Fath al-Bari karya Ibn Hajar al-Asqalani adalah syarh dari kitab Shahih Bukhari, di mana setiap hadis dijelaskan secara mendalam dari segi hukum, bahasa, dan konteksnya.

 

5. Ta'liq (تعليق)

Ta'liq adalah proses memberikan catatan atau komentar tambahan pada teks, baik untuk menjelaskan bagian yang sulit, menambahkan rujukan, atau memberikan pandangan kritis.

Langkah-langkah Ta'liq:

          Memberikan komentar singkat di margin teks atau dalam catatan kaki.

          Menyertakan rujukan tambahan untuk memperkuat atau mengkritik poin tertentu.

Contoh:

Memberikan komentar pada kitab Al-Muwafaqat karya Al-Syatibi dengan menambahkan catatan tentang relevansi konsep maqashid syariah di era modern.

 

 

Penulis:
Tgk. Ikram Muzi - Mahasantri Ma'had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah

 


Berbagi

Posting Komentar